Perjalananku ke Waingapu, Sumba Timur (Bagian Pertama: 28 April 2022)

Hari 1 (28 April 2022)

Waktu menunjukkan hampir pukul 17:00 WITA, di kala ku menapaki terminal kedatangan Bandar Udara Umbu Mehang Kunda di kota Waingapu, Sumba, Nusa Tenggara Timur. Setelah perjalanan selama +/- 4 jam dengan rute Jakarta-Denpasar-Waingapu, akhirnya aku bersama tim (Darien, Fania, dan oom Ippit) sampai juga di salah satu kota paling selatan di Nusantara kita yang tercinta ini.

Setelah rehat sejenak di bandara, kami pun beranjak ke Pantai Laipori, +/- 15 menit sebelah timur dari bandara. Oom Ippit yang juga merupakan pemahat batu membawa kami ke sebuah pondok bernama Uma Haumiha (atau "rumah satu/lain sendiri") yang juga merupakan tempat beraneka pahatan-pahatan batu dengan gayanya yang khas. Para Umbu Sumba menyambut kami sembari menyuguhi kami kelapa dan sirih pinang. Berhubung hari yang sudah mulai gelap, tanpa membuang waktu kami menyusuri pantai dan mengambil foto-foto pemandangan pantai dan matahari terbenam. Aku pun sampai lupa kapan terakhir kalinya aku berdiri menjejak dan menghirup udara pantai.

Kiri: Aneka pahatan di Uma Haumiha - Kanan: Pemandangan matahari terbenam di Pantai Laipori

Mengingat saat itu adalah bulan Ramadan dan kami semua berpuasa, malamnya kami pun menyempatkan makan malam dari restoran PC Corner, sembari menghirup udara Sumba yang masih bersih, yang mana sudah langka sekali untuk ditemukan di kota tempat tinggalku. Di tempat yang sama, aku berkenalan dengan Umbu Ignasio, seorang ahli tenun. Sepiring nasi goreng se'i (daging asap khas Nusa Tenggara Timur) dan secangkir kopi Sumba benar-benar melengkapi hari pertamaku yang begitu mengesankan di Sumba. Oom Ippit sempat menawarkan pilihan kepada kami untuk memilih bermalam di hotel atau di rumah tradisional. Jiwaku yang masih susah lepas dari kota pun memilih hotel, tepatnya di Padadita Hotel, salah satu hotel terbaik di Waingapu.

Nasi goreng se'i dan kopi Sumba (Sumber: IG Story pribadi)

--- Bersambung ---

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pratinjau Album "Best of Rollies" [1981]

Ulasan Buku "Lemari Ajaib" [2023] Karya Katharina Stögmüller

Pratinjau Album "Aku Harus Pergi" [1988] Karya Jakarta Rhythm Section